Sabtu, 19 September 2009

Berbagi cerita

Pagi ini aku memperoleh insight...setelah melihat situasi yang ada di balik jeruji besi, mendengar curhat teman...Sungguh seperti yang tidak diharapkan..padahal saat ini adalah hari besar dan hari libur, yang seharusnya menjadi momen yang membahagiakan, karena telah ditunggu-tunggu sejak lama.

Terkadang kita sulit menerima kenyataan atau keadaan yang menimpa kita...Semuanya terasa tak adil, padahal kita telah berusaha sebaiknya untuk menjadi orang yang baik. Tapi...ketika "lucky" tidak menghinggapi kita, apa yang bisa dilakukan?

Nah, ini mungkin bisa memberi insight juga buat kamu. Renungkanlah dua filosofi dibawah ini.

"Tuhan tak pernah bertanya pada seorang pun apakah ia mau menerima kehidupan. Itu bukan pilihan. Anda harus menerimanya. Pilihannya hanyalah bagaimana" <Henry Ward Beecher>

"Bukanlah tempat, atau kondisi, tetapi alam pikiranlah yang membuat seseorang berbahagia atau sengsara"

Jadi...mulai sekarang. Jangan merenungi nasib saja, apalagi menyalahkan orang lain. Tapi...

"...pikirkanlah hal yang baik, yang mulia, yang kudus, yang benar...maka kebahagiaan akan menghampirimu"

Rabu, 16 September 2009

Berpikir sederhana

Kita seringkali memikirkan hal-hal besar dalam hidup. Wajar saja sih..karena harapan kita, dengan memikirkan hal-hal besar maka kita juga termotivasi untuk menjadi orang besar.


Tapi apakah dengan memikirkan hal besar kita akan menjadi hepi, bisa hidup tenang, dan dapat dipastikan akan menjadi orang besar? Belum tentu. Karena pikiran besar jika tidak diimbangi dengan tindakan yang besar, maka tidak ada gunanya.

Berikut ini ada sebuah kisah tentang manfaat berpikir sederhana. Apa itu?


Simak saja tulisan dibawah ini. (dikutip dari sebuah artikel online)

***
Terpetik sebuah kisah, seorang pemburu berangkat ke hutan dengan membawa busur dan tombak. Dalam hatinya dia berkhayal mau membawa hasil buruan yang paling besar, yaitu seekor rusa. Cara berburunya pun tidak pakai anjing pelacak atau jarring penjerat, tetapi menunggu di balik sebatang pohon yang memang sering dilalui oleh binatang-binatang buruan.

Tidak lama ia menunggu, seekor kelelawar besar kesiangan terbang hinggap di atas pohon kecil tepat di depan si pemburu. Dengan ayunan parang atau pukulan gagang tombaknya, kelelawar itu pasti bias diperolehnya. Tetapi si pemburu berpikir, "untuk ada merepotkan diri dengan seekor kelelawar? Apakah artinya dia dibanding dengan seekor rusa besar yang saya incar?"

Tidak lama berselang, seekor kancil lewat. Kancil itu sempat berhenti di depannya bahkan menjilat-jilat ujung tombaknya tetapi ia berpikir, "Ah, hanya seekor kancil, nanti malah tidak ada yang makan, sia-sia." Agak lama pemburu menunggu. Tiba-tiba terdengar langkah-langkah kaki binatang mendekat, pemburupun mulai siaga penuh, tetapi ternyata, ah... kijang.

Ia pun membiarkannya berlalu. Lama sudah ia menunggu, tetapi tidak ada rusa yang lewat, sehingga ia tertidur. Baru setelah hari sudah sore, rusa yang ditunggu lewat. Rusa itu sempat berhenti di depan pemburu, tetapi ia sedang tertidur. Ketika rusa itu hampir menginjaknya, ia kaget. Spontan ia berteriak, "Rusa!!!" sehingga rusanya pun
kaget dan lari terbirit-birit sebelum sang pemburu menombaknya.

Alhasil ia pulang tanpa membawa apa-apa. Banyak orang yang mempunyai idealisme terlalu besar untuk memperoleh sesuatu yang diinginkannya. Ia berpikir yang tinggi-tinggi dan bicaranya pun terkadang sulit dipahami. Tawaran dan kesempatan-kesempatan kecil dilewati begitu saja, tanpa pernah berpikir bahwa mungkin di dalamnya ia memperoleh sesuatu yang berharga.

Tidak jarang orang-orang seperti itu menelan pil pahit karena akhirnya tidak mendapatkan apa-apa. Demikian juga dengan seseorang yang bergumul dengan pasangan hidup yang mengharapkan seorang gadis cantik atau perjaka tampan yang baik, pintar dan sempurna lahir dan batin, harus puas dengan tidak menemukan siapa-siapa.

Berpikir sederhana, bukan berarti tanpa pertimbangan logika yang sehat. Kita tentunya perlu mempunyai harapan dan idealisme supaya tidak asal tabrak. Tetapi hendaknya kita ingat bahwa seringkali Tuhan mengajar manusia dengan perkara-perkara kecil terlebih dahulu sebelum mempercayakan perkara besar dan lagipula tidak ada sesuatu di dunia yang perfect yang memenuhi semua idealisme kita.

Berpikirlah sederhana...

Rabu, 09 September 2009

Pasangan dari Tuhan

Mencari pasangan yang tepat, pastinya tidak mudah. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan, Bahkan ketika sudah dekat, kadang kita bisa merasa ragu.

Lalu apa yang harus dilakukan? Bagaimana pasangan yang tepat itu?

Coba baca dulu artikel ini...

***

Bertahun-tahun yang lalu, saya berdoa kepada Tuhan untuk memberikan saya pasangan, "Engkau tidak memiliki pasangan karena engkau tidak memintanya", Tuhan menjawab.

Tidak hanya saya meminta kepada Tuhan, saya menjelaskan kriteria pasangan yang saya inginkan. Saya menginginkan pasangan yang baik hati, lembut, mudah mengampuni, hangat, jujur, penuh dengan damai dan sukacita, murah hati, penuh pengertian, pintar, humoris, penuh perhatian.

Saya bahkan memberikan kriteria pasangan tersebut secara fisik yang selama ini saya impikan.
Sejalan dengan berlalunya waktu, saya menambahkan daftar kriteria yang saya inginkan dalam pasangan saya.

Suatu malam, dalam doa, Tuhan berkata dalam hati saya," HambaKu, Aku tidak dapat memberikan apa yang engkau inginkan."

Saya bertanya, "Mengapa Tuhan?" dan Ia menjawab, "Karena Aku adalah Tuhan dan Aku adalah Adil. Aku adalah Kebenaran dan segala yang Aku lakukan adalah benar."

Aku bertanya lagi, "Tuhan, aku tidak mengerti mengapa aku tidak dapat memperoleh apa yang aku pinta dariMu?"

Jawab Tuhan, "Aku akan menjelaskannya kepadaMu. Adalah suatu ketidak adilan dan ketidak benaran bagiKu untuk memenuhi keinginanmu karena Aku tidak dapat memberikan sesuatu yang bukan seperti engkau.

Tidaklah adil bagiKu untuk memberikan seseorang yang penuh dengan cinta dan kasih kepadamu jika terkadang engkau masih kasar, atau memberikan seseorang yang pemurah tetapi engkau masih kejam, atau seseorang yang mudah mengampuni; tetapi engkau sendiri masih suka menyimpan dendam, seseorang yang sensitif, namun engkau sendiri tidak..."

Kemudian Ia berkata kepada saya, "Adalah lebih baik jika Aku memberikan kepadamu seseorang yang Aku tahu dapat menumbuhkan segala kualitas yang engkau cari selama ini daripada membuat engkau membuang waktu mencari seseorang yang sudah mempunyai semuanya itu.

Pasanganmu akan akan berasal dari tulangmu dan dagingmu, dan engkau akan melihat dirimu sendiri di dalam dirinya dan kalian berdua akan menjadi satu. Pernikahan adalah seperti sekolah, suatu pendidikan jangka panjang.

Pernikahan adalah tempat dimana engkau dan pasanganmu akan saling menyesuaikan diri dan tidak hanya bertujuan untuk menyenangkan hati satu sama lain, tetapi untuk menjadikan kalian manusia yang lebih baik, dan membuat suatu kerjasama yang solid.

Aku tidak memberikan pasangan yang sempurna karena engkau tidak sempurna. Aku memberikanmu seseorang yang dapat bertumbuh bersamamu."

***

Woow…What do you think?? Are you agree??

Hmm…ternyata gak se’simple yang kebayang selama ini ya?

*S o u l m a t e is …….